Berita  

Tragedi Bintaro: Kisah Kelam Keselamatan Kereta Api Indonesia

Tragedi Bintaro pada 19 Oktober 1987 tetap menjadi salah satu kejadian tragis yang mengguncang Indonesia hingga saat ini. Dua kereta api, yaitu KA Patas Merak (KA 220) dan KA Lokal Rangkasbitung (KA 225), bertabrakan di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, menewaskan 139 orang dan melukai lebih dari 250 penumpang. Kronologi tabrakan maut terjadi karena kesalahan komunikasi antar petugas, di mana keduanya melaju di jalur tunggal yang sama tanpa izin resmi dari PPKA. Benturan keras antara kedua kereta tersebut menyebabkan korban tewas dan luka-luka yang mencapai ratusan orang.

Investigasi menyebutkan bahwa petugas Stasiun Sudimara memainkan peran penting dalam tragedi ini dengan memberi sinyal aman kepada KA 225 tanpa izin dari PPKA Kebayoran. Kesalahan prosedur ini membuat dua kereta melaju saling berhadapan dan akhirnya bertabrakan keras. Kelalaian tersebut membawa dampak besar bagi para korban, baik secara fisik maupun material. Proses evakuasi korban dilakukan dengan susah payah oleh berbagai pihak, dan kerugian material mencapai angka yang besar pada tahun 1987.

Masinis KA 225, Slamet Suradio, menjadi sosok yang terdampak paling besar setelah peristiwa itu. Ia dipenjara dan dipecat dari pekerjaannya sebelum akhirnya mendapat remisi dan bebas. Tragedi Bintaro menjadi titik balik penting dalam sistem keselamatan perkeretaapian Indonesia, mendorong perubahan besar dalam manajemen operasional dan komunikasi antar stasiun. Peristiwa ini diabadikan dalam film dan tetap menjadi cerminan penting tentang disiplin, koordinasi, dan tanggung jawab dalam sistem transportasi publik.

Source link