Berita  

Konflik Rakyat dan Aparat: Kritik DPR Menyebabkan Korban

Aksi demonstrasi di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta kembali memanas setelah para wakil rakyat tak kunjung menemui massa. Alih-alih hadir, mereka justru dikabarkan meliburkan diri. Sikap ini menuai kritik tajam dari Pengamat Politik Cecep Handoko yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pengecut dan pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Pria yang akrab disapa Ceko menyebut, tindakan “kabur” ini sengaja membuat rakyat berhadapan dengan aparat keamanan. Padahal, polisi seharusnya hanya bertugas mengamankan, bukan menjadi sasaran aspirasi masyarakat. “Sementara yang terjadi hari ini adalah DPR bersembunyi dari rakyat. Mereka meliburkan diri, sementara rakyat dianggap tidak penting. Akibatnya, masyarakat dihadapkan dengan polisi. Padahal, aparat hanya menjalankan tugas pengamanan, bukan pihak yang harus menerima tuntutan. Ini jelas pengecut,” ujar Ceko dalam keterangan tertulisnya. Lebih lanjut, Ceko mengingatkan bahwa fenomena ini bisa merusak legitimasi DPR di mata publik. Ceko menegaskan, jika wakil rakyat tidak berani menemui konstituennya sendiri, maka untuk apa mereka dipilih, bukannya menampung aspirasi, malah lari dan membiarkan rakyat jadi korban. Ia juga mendesak DPR RI untuk segera menghentikan kebiasaan meliburkan diri setiap ada aksi unjuk rasa. Menurutnya, dialog terbuka dan transparan jauh lebih terhormat dari pada terus-menerus bersembunyi. Ceko juga menyamakan sikap DPR ini dengan kutipan almarhum Gus Dur yang menyebut mereka layaknya ‘anak TK’. “Bahkan lebih buruk, karena anak TK masih mau bertemu orang tuanya. DPR justru lari sembunyi saat rakyat ingin bicara. Ini sikap yang sangat memalukan,” tambahnya. Demikianlah peristiwa yang terjadi di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, suatu kejadian yang memunculkan kritik tajam dari berbagai pihak.

Source link