Pada Sabtu, 29 Maret 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa Jalur Gaza sedang menghadapi krisis serius dalam persediaan darah dan peralatan medis. Hal ini menjadi perhatian karena stok darah dan peralatan medis sangat penting untuk merawat para pasien yang terluka akibat konflik yang masih terus berlangsung.
Saat ini, Gaza hanya memiliki kurang dari 500 unit darah di bank darahnya, jauh dari kebutuhan minimum 4.500 unit per bulan untuk menangani kondisi darurat seperti trauma perang, operasi, dan persalinan yang rumit. WHO mengkhawatirkan bahwa jumlah korban luka terus bertambah namun kapasitas untuk merawat mereka semakin berkurang.
Para pasien yang membutuhkan perawatan trauma juga menghadapi keterbatasan karena tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit Gaza sudah melebihi 80%. Stok alat fiksator eksternal untuk patah tulang sudah habis, begitu juga dengan cairan infus dan antibiotik yang penting untuk pengobatan luka.
Keadaan semakin memperihatinkan dengan kesulitan dalam pemindahan pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di luar Gaza. Hambatan akses bantuan dan pengerahan tim medis internasional juga menjadi perhatian serius. Dengan tingkat penolakan tim medis darurat yang ingin membantu meningkat, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.
Krisis kemanusiaan ini semakin terasa setelah serangan udara dari militer Israel pada 18 Maret yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Dengan lebih dari 50.000 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023, kebutuhan akan bantuan dan akses medis yang memadai di Gaza sangat mendesak.WHO siap memberikan bantuan yang diperlukan, tetapi hingga saat ini, belum ada izin untuk memasukkan bantuan yang diperlukan.
