Kamis, 17 Oktober 2024 – 14:03 WIB
Jakarta, VIVA – Dalam debat pilkada, salah satu yang ditanyakan oleh cagub nomor urut 1 di Pilgub Sulawesi Tengah, Ahmad Ali, adalah terkait pendidikan. Dimana ia menyebut angka putus sekolah di sana masih tinggi.
Ahmad Ali yang berpasangan dengan cawagub Abdul Karim Aljufri atau AKA, menyampaikan pertanyaan itu yang ditujukan kepada paslon nomor urut 2, Anwar Hafid-Renny. Debat digelar Rabu 16 Oktober 2024.
“Sulteng jadi salah satu daerah dengan tingkat putus sekolah tinggi, bahkan umur sekolahnya banyak yang tidak sampai ke jenjang yang lebih tinggi atau perguruan tinggi. Apakah ini faktor orang tua yang tidak mampu bayar atau ada faktor lain sehingga banyak anak di Sulteng tak bisa selesaikan pendidikannya?” tanya Ahmad Ali.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Anwar mengakui kalau anak yang putus sekolah di Sulawesi Tengah tidak selalu karena faktor ekonomi. Ada faktor kemalasan dari anak-anak tersebut, kata dia.
“Tidak selalu faktor ekonomi. Tapi ada faktor lain, faktor kemalasan juga menjadi salah satunya,” kata Anwar.
Faktor kondisi kehidupan keluarga, menurut dia yang juga menjadi faktor putus sekolah. Dia mengklaim akan membuat BLK, paket C hingga beasiswa untuk mengatasi hal itu.
Mendengar jawaban itu, Ahmad Ali menyebut masih belum bisa menjawab dan memberikan solusi konkret soal faktor mendasar yang menjadi penyebab anak-anak sekolah dasar (SD) di Sulteng yang putus sekolah.
Bahkan Ahmad Ali juga menyinggung fakta soal tingginya anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak bisa lanjut ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sulteng.
“Jadi apa penyebabnya masih tingginya anak-anak tidak bisa lanjut sekolah atau pendidikan karena tidak mampu bayar kah? atau jangan-jangan karena seragam atau buku yang mahal? Atau sekolahnya jauh? atau tidak tersedia kelas?,” lanjut Ahmad Ali.
“Sehingga itu yang harus kita fikirkan dan cari solusinya,” kata Ahmad Ali.
Halaman Selanjutnya
Bahkan Ahmad Ali juga menyinggung fakta soal tingginya anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak bisa lanjut ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sulteng.