Sabtu, 29 Juni 2024 – 00:35 WIB
Gaza – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan lebih dari 625.000 anak di Gaza tidak bersekolah selama lebih dari delapan bulan.
“Kegiatan bermain dan belajar yang disediakan oleh tim UNRWA sangat penting dalam mempersiapkan anak-anak untuk kembali ke sekolah dan memulihkan hak mereka atas pendidikan,” tulisnya di akun resmi @UNRWA yang dikutip pada Jumat, 28 Juni 2024.
Kantor Media Gaza mengatakan bahwa sedikitnya 800.000 siswa kehilangan hak pendidikan karena serangan Israel selama berbulan-bulan terhadap Jalur Gaza yang terus berlanjut.
“Lebih dari 800.000 siswa dari berbagai tingkat pendidikan di Jalur Gaza telah dicabut haknya atas pendidikan sejak 7 Oktober tahun lalu, akibat perang genosida yang sedang berlangsung yang dilancarkan oleh pendudukan kriminal Zionis di Jalur Gaza,” menurut pernyataan Kementerian Pendidikan di Gaza yang dilansir dari Maaktob Media.
Sebanyak 40.000 siswa SMA tidak bisa mengikuti ujian nasional tahun ini merupakan kemunduran yang memprihatinkan. Hal ini dapat berakibat serius bagi masa depan mereka.
“40.000 siswa sekolah menengah atas dari berbagai cabang tidak akan dapat berpartisipasi dalam ujian sekolah menengah tahun ini yang merupakan pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga mengancam masa depan mereka dan melemahkan peluang mereka untuk mendaftar di universitas dan perguruan tinggi lokal serta internasional,” tulisnya.
Sabtu lalu, 50.000 siswa menghadiri ruang ujian akhir sekolah menengah ata di provinsi-provinsi Tepi Barat dan sekolah-sekolah Palestina di luar negeri, sementara serangan Israel mencegah siswa-siswa di Gaza mengikuti ujian.
Kantor Media Gaza mengatakan bahwa 85% fasilitas pendidikan tidak dapat digunakan sehingga menimbulkan tantangan signifikan terhadap upaya untuk melanjutkan proses pendidikan setelah perang berakhir.
“Rencana telah disusun untuk mengganti tahun ajaran bagi siswa dari kelas satu sekolah dasar hingga kelas sebelas dan siswa pendidikan tinggi dengan memastikan bahwa tahun ajaran tidak hilang dan mereka memiliki konsep serta keterampilan penting yang diperlukan untuk pembelajaran berkelanjutan,” demikian laporan media tersebut.