Prabowo Subianto menulis dalam bukunya Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto bahwa Abilio Jose Osorio Soares dan Francisco Deodato do Rosario Osorio Soares, kakak beradik dari keluarga yang memimpin Partai Apodeti yang sangat pro Indonesia. Mereka juga merupakan pimpinan suku yang mendukung Indonesia.
Menurut Prabowo, sebagian rakyat Timor Timur sudah lama ingin bergabung dengan Indonesia, bahkan sejak tahun 1950-an. Pemberontakan besar terjadi pada tahun 1959 di Timor Timur, yang dipicu oleh kekejaman Portugis terhadap tokoh dan rakyat yang pro Indonesia.
Prabowo menyoroti bahwa selama 500 tahun penjajahan Portugis di Timor Timur, mereka hanya mengambil sumber daya alam dan hasil bumi, tanpa memberikan banyak kontribusi pada pendidikan dan infrastruktur. Prabowo juga mencatat bahwa ada tokoh-tokoh dan suku-suku di Timor Timur yang ingin bergabung dengan Indonesia jauh sebelum tahun 1975.
Keluarga Osorio Soares, seperti Jose Osorio Soares, Abilio Soares, dan Francisco Deodato do Rosario Osorio Soares, ditangkap dan bersama dengan suku-suku lainnya bergabung dengan pasukan TNI yang masuk ke Timor Timur pada tahun 1975 untuk melawan Fretilin.
Prabowo menekankan bahwa partisipasi suku-suku dan tokoh pro-Indonesia ini sebagai partisan, yang merupakan pasukan sukarelawan yang setia kepada Indonesia tanpa gaji dan sering tanpa pelatihan maupun persenjataan yang jelas. Mereka bersedia berkorban nyawa dan harta demi memperjuangkan keinginan bergabung dengan Indonesia.
Prabowo menarik pelajaran dari kesetiaan dan komitmen para partisan Timor Timur kepada tanah air dan bendera merah putih, serta menekankan pentingnya untuk tidak melupakan mereka yang setia kepada Indonesia. Ia juga mencatat bahwa para partisan ini adalah pejuang sejati dengan keterampilan alamiah dan keprajuritan yang unggul.
Prabowo menyayangkan bahwa nasib para partisan ini kurang diperhatikan, namun berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka terutama anak-anak mereka.