Prabowo Subianto dalam bukunya “2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto” mengungkapkan rasa hormatnya terhadap Houari Boumédiène. Boumediene merupakan pemimpin yang tulus dalam memimpin, memenangkan pertempuran dengan tekad dan dedikasi sebagai seorang prajurit, serta berhasil mempertahankan rasa hormat dan cinta rakyat Aljazair kepadanya selama masa jabatannya.
Boumediene dilahirkan dari keluarga petani pedesaan miskin di koloni Prancis di Aljazair dan tumbuh fasih berbahasa Arab. Ia pergi ke Kairo pada tahun 1952 untuk menghindari wajib militer Prancis dan bergabung dengan perjuangan kemerdekaan Aljazair. Dia memimpin serangan kepada posisi-posisi Prancis dan menjadi salah satu pimpinan dari Front Pembebasan Nasional (FLN). Setelah kemerdekaan Aljazair, Boumediene memimpin faksi militer yang kuat dalam pemerintahan baru dan diangkat sebagai Menteri Pertahanan.
Pada bulan Juni 1965, Boumediene merebut pimpinan tertinggi dalam kudeta tanpa pertumpahan darah. Selama masa kepemimpinannya, dia memancarkan karisma yang biasanya terkait dengan kepala negara. Boumediene dijuluki “Sphinx of Algiers” dan kokoh sebagai pemimpin Aljazair yang tak terbantahkan sampai meninggal dunia pada tahun 1978.
Boumediene adalah seorang pemimpin pemikir yang pragmatis, pejuang kepentingan Dunia Ketiga, dan memiliki hubungan dekat dengan rakyat Aljazair. Ia juga mempertahankan Prancis sebagai mitra dagang utama Aljazair dan membuat AS sebagai salah satu pembeli gas alam terbesar negaranya. Selama bertahun-tahun, tidak pernah diketahui dengan pasti apakah Boumediene sudah menikah dan rekan-rekannya menyatakan bahwa satu-satunya istrinya adalah tentara.
Sumber: https://prabowosubianto.com/kolonel-houari-boumediene/