Saad El-Shazly adalah seorang pemimpin militer Mesir yang memiliki keahlian dan keberanian dalam memimpin pasukannya. Ia lahir pada tahun 1922 di Kairo, Mesir dan menjadi terkenal sebagai salah satu pemimpin Perang Enam Hari Arab-Israel.
Shazly memimpin pasukan elite Mesir yang berhasil menahan serangan Israel dan membawa kembali pasukannya hampir utuh melintasi Terusan Suez, sementara sebagian besar pasukan Mesir lainnya hancur dalam kontak dengan pasukan Israel. Setelah perang, Shazly menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Mesir dan dipercaya membangun kembali kekuatan tentara serta merencanakan serangan untuk merebut kembali Semenanjung Sinai dari Israel.
Pada tahun 1973, Shazly menulis buku berjudul “The Crossing of the Suez” yang menunjukkan kecermatan perencanaan pergerakan pasukan dan perhatiannya terhadap detail. Buku ini direkomendasikan sebagai bacaan wajib di Akademi Militer Indonesia.
Namun, keberhasilan Shazly membuat elite politik khawatir. Setelah berselisih dengan Presiden Anwar Al-Sadat, Shazly dibebaskan dari tugas komando dan dikirim ke Portugal sebagai Duta Besar. Meskipun tidak populer dalam kepemimpinan politik, Shazly tetap merupakan legenda hidup bagi mayoritas rakyat Mesir. Ketika meninggal pada Februari 2016, hampir satu juta orang di Tahrir Square berkumpul untuk memperingatinya sebagai “Sang Jenderal Emas”.
Kini, Shazly dikenang di Mesir sebagai seorang jenderal brilian dan bukunya, “The Crossing of the Suez”, masih menjadi referensi penting bagi calon pimpinan militer. Kurang lebih begitulah outputnya, semoga membantu!
